" Bercermin Di Telaga Teguran "
•♫♥:♫*ღ☆ღ*.*♥*.*ღ☆ღ*♥ ♫•
*♥* بِسْــــــ...ــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ *♥*
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda :
“Tolonglah saudaramu, baik dia zhalim atau dizhalimi.
Apabila dia zhalim, cegahlah. Bila ia dizhalimi, menangkanlah.” (HR. Al-Bukhari)
Maha Suci Allah yang menciptakan alam ini begitu sempurna.
Malam dan siang silih berganti melayani hidup manusia. Terang dan gelap pun menjadi sebuah kebutuhan makhluk-Nya di seluruh bumi. Tapi, tidak semua yang gelap boleh dibiarkan apa adanya.
Anggaplah teguran sebagai hadiah rabbaniyah
Tidak ada dosa dan kesalahan yang tanpa balasan. Semua akan dibalas oleh Allah.
dalam kehidupan ini atau di akhirat kelak. Bayangkan jika dosa dan kesalahan bergulir tanpa terasa. Tanpa ada teguran, tanpa ada peringatan.
Menggunungnya dosa dan kesalahan bahkan bisa menyumbat semua cahaya kesadaran. Orang-orang seperti ini bukan hanya tidak menemukan pintu kesadaran, justru ia merasa kalau dirinya tergolong yang dapat petunjuk.
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda :
"Jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang maka Dia akan memberinya ujian"... (HR. Bukhari).
Maha Benar Allah dalam firman-Nya,
“Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan
bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung
(mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk. [QS. Al-A'raf (7): 30]
Allah Azza Wa Jalla . selalu sayang pada hamba-hamba-Nya.
Berbeda dengan orang kafir yang terus mendapat uluran peluang sehingga
terus bermaksiat, orang mukmin tidak begitu. Sedikit bengkok, selalu ada teguran.
Ada teguran langsung berupa musibah, ada teguran tidak langsung yang disuarakan melalui mulut manusia.
Allah Azza Wa Jalla bahkan mencirikan mereka yang saling menegur sebagai generasi yang selamat dari bencana kerugian: dunia dan akhirat.
Maha Agung Allah. dalam firman-Nya,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali,
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” [QS. Al-Ashr (103): 1-3]
Anggaplah teguran sebagai ungkapan sayang
Kadang sulit menerjemahkan sebuah ungkapan dengan timbangan yang
jernih dan lurus. Termasuk dalam soal teguran. Sederhananya, orang yang menegur diterjemahkan sebagai lawan yang menyusahkan, bahkan menjatuhkan.
Dalam timbangan akhlak, nilai sebuah teguran jauh dari terjemahan itu. Bahkan bertolak belakang. Teguran bukan untuk menyusahkan, melainkan memudahkan. Teguran bukan ungkapan marah, apalagi permusuhan. Melainkan, justru ungkapan sayang dan persaudaraan.
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam. yang mulia mengatakan,
“Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, yaitu berzikir kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan satu sama lain, dan menyantuni saudara-saudaranya (yang memerlukan).” (HR. Adailami)
Teguran adalah ungkapan sayang yang sejati seorang saudara terhadap saudaranya yang terjebak dalam kesalahan. Cinta karena Allah, dan benci pun karena Allah. Kalau bukan karena cinta, mungkin ia tak akan pernah menegur. Karena upaya itu begitu berat.
Anggaplah teguran sebagai guru lapangan
Teguran tidak selalu berhubungan dengan dosa.
Tidak selalu berhubungan dengan sesuatu yang prinsip.
Ada teguran yang memang sangat diperlukan ketika sebuah wilayah teoritis dibumikan dalam wilayah aplikatif.
Dalam hal berumahtangga misalnya. Ketika belum memasuki pernikahan, seseorang merasa sudah paham betul dengan yang namanya berumahtangga.
Itu ia dapat dari buku, ceramah, dan sebagainya. Tapi, ketika berumah tangga menjadi sebuah kenyataan, semua menjadi berbeda. Realita kadang tidak selalu mengikuti idealita.
Terjadi kegamangan di situ. Ada konflik suami isteri. Sesuatu yang dalam teori begitu indah, ternyata begitu gersang dalam kenyataan di lapangan. Tentu, yang salah bukan idelitanya. Tapi, cara bagaimana menggapai idealita itu yang belum pas. Di sinilah, seseorang membutuhkan teguran. Dan teguran saat itu menjadi guru di lapangan realita.
Anggaplah teguran sebagai cermin memperindah diri
Ego manusia selalu mengatakan kalau ia serba sempurna.
Tidak ada cacat. Tidak ada noda. Semua bagus. Kalau ada orang yang
menilai lain, pasti si penilai yang teranggap salah.
Begitu pun yang mungkin terjadi dalam diri seorang mukmin.
Dengan penuh percaya diri, ia yakini kalau semua langkahnya sempurna.
Tidak ada yang salah. Yang salah adalah jika ada yang menganggapnya salah.
Dalam sudut pandang Islam, manusia adalah tempat salah dan lupa. Jadi,
akan ada saja kemungkinan kalau seorang mukmin pun bisa khilaf. Kalau
seorang ulama pun bisa salah. Kalau seorang pemimpin pun bisa kepeleset.
Saat itu, ia butuh teguran sebagai cermin yang bisa menyadarkan.
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda :
“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.
Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.(HR. Al-Bukhari)
Subhanaka Allahuma wa bihamdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik....Semoga Bermanfaat untuk kita semua ...
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥::♥::♥ hamba ﷲ♥::♥::♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫
(¯`v´¯)(¯`v´¯)`•.¸AAMIIN¸.•`( ¯`v´¯)(¯`v´ ¯)
`•.¸.•`.`•.¸.•`_SUBHANALLOH_`•.¸.•`.`•.¸.•`
(¯`v´¯).•♥•.¸.•*¨).••♥•♥••.(¸. •´.•♥•.(¯`v´¯)
`•.¸.•`_¶**¶_____________¶**¶_ ___`•.¸.•`
___________*¶*___*¶*_____*¶*__ __*¶*
__________*¶*_______*¶*¶*_____ ___*¶*
_________*¶*__________*_______ ____*¶*
_________*¶*__________________ ____*¶*
_________*¶*________ اﷲ___ اﷲ______*¶*
__________*¶*_________________ ___*¶*
___________*¶*________________ _ _*¶*
_____________*¶*_____*____*___ *¶*
______________*¶*____________* ¶ *
________________*¶*________*¶*
__________________*¶*____*¶*
____________________*¶_*¶*
______________________*¶
♥•*¨*•♥•*¨*•♫♥•* Thufail Na'im Ar'Syahid *•♥♫•*¨*•♥•*¨*•♥
•♫♥:♫*ღ☆ღ*.*♥*.*ღ☆ღ*♥ ♫•
*♥* بِسْــــــ...ــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ *♥*
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda :
“Tolonglah saudaramu, baik dia zhalim atau dizhalimi.
Apabila dia zhalim, cegahlah. Bila ia dizhalimi, menangkanlah.” (HR. Al-Bukhari)
Maha Suci Allah yang menciptakan alam ini begitu sempurna.
Malam dan siang silih berganti melayani hidup manusia. Terang dan gelap pun menjadi sebuah kebutuhan makhluk-Nya di seluruh bumi. Tapi, tidak semua yang gelap boleh dibiarkan apa adanya.
Anggaplah teguran sebagai hadiah rabbaniyah
Tidak ada dosa dan kesalahan yang tanpa balasan. Semua akan dibalas oleh Allah.
dalam kehidupan ini atau di akhirat kelak. Bayangkan jika dosa dan kesalahan bergulir tanpa terasa. Tanpa ada teguran, tanpa ada peringatan.
Menggunungnya dosa dan kesalahan bahkan bisa menyumbat semua cahaya kesadaran. Orang-orang seperti ini bukan hanya tidak menemukan pintu kesadaran, justru ia merasa kalau dirinya tergolong yang dapat petunjuk.
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda :
"Jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang maka Dia akan memberinya ujian"... (HR. Bukhari).
Maha Benar Allah dalam firman-Nya,
“Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan
bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung
(mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk. [QS. Al-A'raf (7): 30]
Allah Azza Wa Jalla . selalu sayang pada hamba-hamba-Nya.
Berbeda dengan orang kafir yang terus mendapat uluran peluang sehingga
terus bermaksiat, orang mukmin tidak begitu. Sedikit bengkok, selalu ada teguran.
Ada teguran langsung berupa musibah, ada teguran tidak langsung yang disuarakan melalui mulut manusia.
Allah Azza Wa Jalla bahkan mencirikan mereka yang saling menegur sebagai generasi yang selamat dari bencana kerugian: dunia dan akhirat.
Maha Agung Allah. dalam firman-Nya,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali,
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” [QS. Al-Ashr (103): 1-3]
Anggaplah teguran sebagai ungkapan sayang
Kadang sulit menerjemahkan sebuah ungkapan dengan timbangan yang
jernih dan lurus. Termasuk dalam soal teguran. Sederhananya, orang yang menegur diterjemahkan sebagai lawan yang menyusahkan, bahkan menjatuhkan.
Dalam timbangan akhlak, nilai sebuah teguran jauh dari terjemahan itu. Bahkan bertolak belakang. Teguran bukan untuk menyusahkan, melainkan memudahkan. Teguran bukan ungkapan marah, apalagi permusuhan. Melainkan, justru ungkapan sayang dan persaudaraan.
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam. yang mulia mengatakan,
“Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, yaitu berzikir kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan satu sama lain, dan menyantuni saudara-saudaranya (yang memerlukan).” (HR. Adailami)
Teguran adalah ungkapan sayang yang sejati seorang saudara terhadap saudaranya yang terjebak dalam kesalahan. Cinta karena Allah, dan benci pun karena Allah. Kalau bukan karena cinta, mungkin ia tak akan pernah menegur. Karena upaya itu begitu berat.
Anggaplah teguran sebagai guru lapangan
Teguran tidak selalu berhubungan dengan dosa.
Tidak selalu berhubungan dengan sesuatu yang prinsip.
Ada teguran yang memang sangat diperlukan ketika sebuah wilayah teoritis dibumikan dalam wilayah aplikatif.
Dalam hal berumahtangga misalnya. Ketika belum memasuki pernikahan, seseorang merasa sudah paham betul dengan yang namanya berumahtangga.
Itu ia dapat dari buku, ceramah, dan sebagainya. Tapi, ketika berumah tangga menjadi sebuah kenyataan, semua menjadi berbeda. Realita kadang tidak selalu mengikuti idealita.
Terjadi kegamangan di situ. Ada konflik suami isteri. Sesuatu yang dalam teori begitu indah, ternyata begitu gersang dalam kenyataan di lapangan. Tentu, yang salah bukan idelitanya. Tapi, cara bagaimana menggapai idealita itu yang belum pas. Di sinilah, seseorang membutuhkan teguran. Dan teguran saat itu menjadi guru di lapangan realita.
Anggaplah teguran sebagai cermin memperindah diri
Ego manusia selalu mengatakan kalau ia serba sempurna.
Tidak ada cacat. Tidak ada noda. Semua bagus. Kalau ada orang yang
menilai lain, pasti si penilai yang teranggap salah.
Begitu pun yang mungkin terjadi dalam diri seorang mukmin.
Dengan penuh percaya diri, ia yakini kalau semua langkahnya sempurna.
Tidak ada yang salah. Yang salah adalah jika ada yang menganggapnya salah.
Dalam sudut pandang Islam, manusia adalah tempat salah dan lupa. Jadi,
akan ada saja kemungkinan kalau seorang mukmin pun bisa khilaf. Kalau
seorang ulama pun bisa salah. Kalau seorang pemimpin pun bisa kepeleset.
Saat itu, ia butuh teguran sebagai cermin yang bisa menyadarkan.
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda :
“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.
Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.(HR. Al-Bukhari)
Subhanaka Allahuma wa bihamdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik....Semoga Bermanfaat untuk kita semua ...
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥::♥::♥ hamba ﷲ♥::♥::♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫
(¯`v´¯)(¯`v´¯)`•.¸AAMIIN¸.•`( ¯`v´¯)(¯`v´ ¯)
`•.¸.•`.`•.¸.•`_SUBHANALLOH_`•.¸.•`.`•.¸.•`
(¯`v´¯).•♥•.¸.•*¨).••♥•♥••.(¸. •´.•♥•.(¯`v´¯)
`•.¸.•`_¶**¶_____________¶**¶_ ___`•.¸.•`
___________*¶*___*¶*_____*¶*__ __*¶*
__________*¶*_______*¶*¶*_____ ___*¶*
_________*¶*__________*_______ ____*¶*
_________*¶*__________________ ____*¶*
_________*¶*________ اﷲ___ اﷲ______*¶*
__________*¶*_________________ ___*¶*
___________*¶*________________ _ _*¶*
_____________*¶*_____*____*___ *¶*
______________*¶*____________* ¶ *
________________*¶*________*¶*
__________________*¶*____*¶*
____________________*¶_*¶*
______________________*¶
♥•*¨*•♥•*¨*•♫♥•* Thufail Na'im Ar'Syahid *•♥♫•*¨*•♥•*¨*•♥
www.Klikdisini.com/AIUEO =
BalasHapusAlhamdulillah dapat hidayah lagi